2 Malam Berturut-Turut Anakku Agak Rewel



Selamat pagi, siang, sore, dan malam untuk teman-teman tercinta. Kali ini kuingin menulis pengalaman pribadi dan istriku, serta anakku yang waktu itu masih berusia 2 tahun, karena dialah korban dari hal-hal yang membuat dia rewel, sedangkan kami adalah korban tambahan dari kerewelan anakku…ha..ha..ha Kejadiannya terjadi di malam setelah pemakaman kakekku (bapaknya dari bapakku) dan malam berikutnya. Kalau saya lupa tahun 2007 kejadiannya Kakekku memang sebelumnya sering keluar masuk rumah sakit karena usianya yang cukup tua. 


Dan mungkin sudah waktunya beliau harus meninggalkan kami untuk selama- selamanya. Meninggalnya saat di rumah sakit, sekitar jam 10 malam aku mendapat telepon dari bapakku, bahwa kakek sudah tiada. Lalu segeralah kami membersihkan dan menyiapkan ruang garasi yang nantinya digunakan untuk tempat menyemayamkan peti jenazah kakek. Juga aku menghubungi pak RT dan pak Dukuh untuk memberitahukan mengenai meninggalnya kakekku. Tak beberapa lama, banyak warga mendatangi rumah kami, kemudian disusul oleh pak RT dan Pak Dukuh. 

Lalu mereka mengkoordinir para warga yang lain untuk menyiapkan tenda yang akan dipasang di depan rumah, mengambil kursi-kursi yang digunakan untuk para pelayat, dan menghubungi juru kunci makam di desa kami, untuk menyiapkan lokasi pemakaman. Pokoknya kami merasa sangat-sangat terbantu oleh bantuan tenaga dan pikiran para pimpinan kampungku dan para warga, apalagi orang tuaku waktu itu masih ada di Rumah Sakit. Salut dan hormat kami untuk mereka Jam 2 dini hari, jenazah kakekku datang diantar dengan ambulance dari rumah sakit, kemudian peti jenazah segera disemayamkan di ruang garasi yang sebelumnya telah dipersiapkan. 

Lalu bapak segera menemui warga untuk menerima ucapan turut berduka cita dan berkoordinir dengan pak RT dan pak Dukuh untuk mengatur rencana pemakaman kakekku. Lalu diputuskan, pemakaman akan dilaksanakan jam 2 siang di pemakaman umum di desaku yang letaknya tidak jauh dari rumahku (sekitar 800 meter dari rumah). Juga sebelum pemakaman, akan diadakan doa pemberkatan jenazah sekitar jam 10 pagi dengan cara agama Katholik terlebih dahulu. 

Sekitar jam 8 pagi, ada beberapa warga mengantar kereta jenazah dan perlengkapan yang lain seperti payung jenazah, dan lain-lain, dari tempat pemakaman, yang nantinya akan digunakan untuk membawa peti jenazah ke tempat lokasi pemakaman. Sedikit informasi mengenai kereta jenazah ini, kereta jenazah ini memang dirancang khusus
untuk digunakan untuk membantu membawa jenazah baik yang beragama islam dan agama yang lainnya. Lalu kereta itu diletakkan dekat dengan kamarku, oh ya kamarku memang lokasinya agak dipinggir dan di luar dari rumah utama. 

Singkat kata acara pemakaman kakeku yang sebelumnya telah diatur berjalan lancar tanpa ada halangan yang berarti, para warga dan kenalan yang datang untuk melayat dan mendoakan kakekku juga banyak yang datang untuk mengucapakan turut berduka cita. Lalu malamnya kami mengundang warga yang beragama Katholik untuk mendoakan kedamaian bagi arwah kakekku. Jam 9 malam para tamu pun pulang, sebelumnya bapakku mewakili keluarga mengucapkan terima kasih untuk segala bantuan dari para warga dan kenalan. Rumah yang tadinya ramai berangsur kembali sepi, bapak masih ngobrol dengan adik-adiknya ( paman dan bibiku), sedangkan aku hanya mendengarkan sepintas saja di teras rumah , istriku telah masuk ke kamar dengan anakku, mungkin mereka sudah tertidur karena kecapekan. 


Lalu  menuju ruang garasi untuk mengistirahatkan badanku sejenak dengan rebahan di lantai beralaskan tikar, ada 2 orang sepupuku laki-laki pun melakukan hal yang sama, sekalian juga kami menjaga keamanan seperti peralatan kursi dan meja yang disewa yang telah dimasukkan ke garasi untuk besoknya paginya akan diambil pemilik penyewaan meja dan kursi tersebut. Dan tanpa terasa karena mungkin sudah demikian capeknya badan dan kurang tidur, dalam hitungan detik aku pun terlelap. Tiba-tiba aku terbangun karena mendengar tangisan anakku dan panggilan dari istriku, segera aku menuju ke kamar ku dengan sedikit terhuyung-huyung karena masih ngantuk. Kulihat anakku digendong dengan kain gendongan oleh istriku di luar kamar, sambil menangis tersedu-sedu seperti ketakutan. Jam waktu itu menunjukkan sekitar setengah 1 dini hari.

 Hampir 2 jam, aku dan istriku bergantian mengendong dan menenangkan anak kami yang tiba-tiba rewel, tidak seperti biasanya dia begitu. Aku hanya berpikir postif saja, ini mungkin kakek sedang lewat nengok cicitnya . Aku pribadi percaya kalau, arwah seseorang masih belum jauh-jauh dari rumah, sebelum 40 harinya. Sedangkan kamar beliau sewaktu masih hidup ya nggak jauh dari kamarku. Akhirnya mungkin karena kecapekan menangis anakku pun tertidur kembali. Juga pada malam yang berikutnya, mendekati jam 12 , anakku yang sudah tertidur jam 10 malam, bangun lagi dan menangis keras-keras seperti ketakutan. Istriku pun kembali harus terjaga, untuk menenangkan anak. 

Sedangkan aku yang memang baru bisa tidur di atas jam 12 an pun, mau nggak mau harus menemani mereka berdua. Segala cara kami lakukan untuk bisa menenangkan anak kami. Lalu akhirnya karena istriku sudah capek menggendong anakku, giliranku untuk mengambil alih tugas istri tercinta (cailah …sayang istri… sayang anak). Anakku kugendong dengan kain gendongan, lalu sambil bernyanyi nina bobok dan tambahan goyang kanan kiri, maju mundur di dalam kamar, sedangkan istriku keluar kamar dan duduk sambil terkantuk-kantuk di kursi teras kamar. 

Karena aku merasa agak gerah, lalu akupun keluar kamar sambil menggendong anak, tapi bukannya tambah tenang, anakku yang tadinya sudah akan tidur menangis kembali. Bingunglah kami, kenapa ya si tole kok rewel lagi ??? Sedikit gambaran tentang kamarku, kamarku memang lokasinya agak dipinggir dan di luar dari rumah utama
dan dibelakang garasi bagian luar (ada garasi di dalam dan di luar), kalau mau keluar ke halaman samping rumah harus melewati kamarku, jadi ada pintu dari teralis besi yang menghubungkan rumah dan halaman samping. Nah pintu kamar dan pintu teralis besi itu posisinya sejajar bersebelahan . Sebenarnya aku juga agak curiga, kok
ada tas kresek plastik warna hitam besar yang di cantolkan / digantung di pintu teralis besi itu, biasanya sih tidak ada. 

Tapi karena terlalu sibuk mengurusi acara untuk pemakaman kakekku saat itu, aku tidak terlalu memperdulikan Lalu aku berinisiatif untuk keluar ke halaman samping untuk menenangkan anakku di sana, aku pun membuka pintu teralis besi itu, dan melihat bahwa tas plastik kresek warna hitam itu masih tergantung di sana, tapi karena fokusnya ke anak , aku juga tidak memperdulikannya, di halaman samping aku pun beraksi, sambil jalan mondar-mandir dan bernyanyi (suaraku lumayan merdu lho…ha..ha.. ) 

untuk menenangkan dan menidurkan kembali anakku. Sekitar 30 menit, aku menggendong anakku di sana, dan akhirnya anakku pun tertidur. Haduh rasanya remuk redam nih badan kecapean gendong si tole. Aku lalu masuk kembali menuju ke kamar, sempat aku melihat reaksi anakku, sedikit kaget, tatkala melewati pintu teralis besi itu, tapi langsung aku tenangkan dia, dan tidur kembali. Setelah kutidurkan di kasur, lalu aku pun membangunkan istriku yang tertidur di kursi dan ku suruh masuk ke kamar, aku lalu menutup pintu teralis dan pintu kamar, lalu menyusul anak dan istri tercinta, untuk bersatu dengan bantal dan kasur tercinta (ha..ha..ha…:D). 

Keesokan harinya kami pun terbangun, anakku masih pulas tertidur. Aku ingat kalau aku berencana untuk mengecek apa isi tas kresek plastik warna hitam yang ada di pintu teralis itu. Segera kuturunkan tas plastik itu dan kubuka…. astaga… ternyata berisi kain penutup untuk keranda jenasah bagi umat muslim/ muslimah. Yang berwarna hijau agak tua dan bertuliskan kalimat arab (mohon maaf, kalau saya salah tulis), persis seperti yang pernah kulihat kalau melayat warga kampung yang beragama islam. Aku jadi ingat 2 hari yang lalu, pagi harinya, sebelum pemakaman kakekku, kereta jenazah memang di taruh di halaman samping dekat kamarku, dan mungkin karena kain itu tidak dipakai, maka ada yang menaruhnya di pintu teralis besi dekat kamar. Lalu aku pun segera mandi, dan setelah itu sambil berangkat kerja, 


aku mampir ke rumah juru kunci makam kampungku untuk mengembalikan kain itu yang tertinggal di rumahku. Dan memang beliau juga sedang mencari kain itu. Setelah mengucapkan permohonan maaf, karena baru bisa mengembalikan pada hari itu. Segera aku berangkat menuju kantor. Dan apakah memang betul atau tidak ada pengaruhnya, malam harinya anakku pun tidur seperti biasa dan tidak rewel lagi. Demikianlah teman-teman, pengalaman yang pernah aku alami, mohon maaf kalau ada tulisan yang menyinggung hati teman-teman. Semoga terhibur

0 Response to "2 Malam Berturut-Turut Anakku Agak Rewel"

Posting Komentar