Penunggu Villa


Hai saya Bili. Waktu itu saya dan teman-teman berlibur di sebuah villa di Puncak Bogor. Kami berangkat dari rumah pukul 2 sore dengan menggunakan bis sewaan. Setelah menempuh 3 jam perjalanan naik turun gunung, kami pun sampai di vila. Turun dari bis, hawa gunung yang dingin menerpa tubuh kami. Hilanglah semua rasa penat dan bosan selama perjalanan.

Kesan pertama melihat vila ini terlihat lumayan indah, walaupun sedikit terlihat menyeramkan karena bangunannya seperti bangunan belanda, ditambah lokasinya yang terpencil dari rumah warga sekitar. Kami pun masuk villa mebagi2kan kamar. Vila ini terdapat 6 kamar, 2 dilantai atas 4 dibawah. Aku kedapatan di lantai bawah. setelah itu kami beristirahat dan menyiapkan segala sesuatu untuk acara bakar nanti malam.

Singkat cerita, malampun tiba. Sekitar pukul 9 malam kita mulai menyalakan api diatas kayu yang sudah disiapkan sebelumnya, dagingpun dipanggang. Sambil menunggu makanan matang, kami menghabiskan waktu. Ada yang bercerita-cerita, bernyanyi dengan gitar, main catur dan kegiatan lainnya sambil menikmati masa muda. Beberapa saat kemudian makananpun matang, kami makan2 bersama. Setelah makan, kami semua tetap di halaman sambil melakukan kegiatan yang sama.

Tak terasa waktu sudah pukul 1 malam. 2 orang teman kami (Defri dan Wahyu) merasa ngantuk dan ingin segera tidur, mereka pun mengajak pacarnya masing-masing untuk menemaninya. Berangkatlah mereka masuk kedalam villa dan menaiki tangga untuk ke kamarnya (kebetulan kamar mereka kebagian di lantai 2). 1 jam kemudian kamipun merasa ngantuk dan kami putuskan untuk tidur di kamar masing2.

Kamarku berada di paling depan dekat ruang tamu, aku tidur bersama 2 orang temanku. 10 menit kemudian aku dikagetkan dengan suara wanita menangis. Ku tanya teman-temanku ternyata mereka mendengar juga, suara itu bersumber dari pohon beringin yang ada disamping villa.

Lalu kamipun keluar kamar, dan tak kusangka teman-temanku yang lain baru keluar juga dari kamar masing2, disertai 3 temanku yang berada di lantai 2. Lalu aku bertanya, "Apa kalian denger suara orang nangis?", mereka mengiyakan pertanyaanku. Lalu kami semua berkumpul di teras villa. Setelah berkumpul suara itu hilang. Ketiga teman kami yang dilantai 2 bertanya, "Kemana Defri, dia tidak ada diatas". "Kami tidak tahu, bukannya bersama kalian diatas?", saya menimpali.

5 menit kemudian kami dikagetkan dengan suara tawa khas kuntilanak yang bersumber dari lantai 2, disertai dengan suara langkah lari. Dan ternyata itu Defri yang lari seperti orang ketakutan. Dengan keringat bercucuran dia berlari menghampiri kami. Sambil terengah2 dia bilang "Ada kuntilanak diatas" dengan nada bicara seperti orang gugup. Pacarnyapun memeluknya dan kami coba menenangkan Defri.

Setelah dia tenang, dia bertanya kepada pacarnya "Lu ngapa ninggalin gw?". Wahyu menjawab "Tadi lu, gw cari gk ada". Lalu kamipun bertanya tentang kuntilanak itu, Defri bercerita...
Tadi itu gw bangun ke kamar mandi, gw liat Wahyu masih tidur disamping gw dengan tertutup selimut. Pas gw keluar kamar, cewek gw manggil gw dari kamarnya, gw jalan ke kamar cewek gw. Gw buka pintu dan masuk ke kamarnya, kamarnya itu gelap banget sama bau aroma melati gitu. Gw nyalain hp buat senter, gw sorot ke arah tempat tidur, dan ternyata gw liat ada cewek gw lagi tidur sendiri dengan tertutup selimut.

Dalam hati, "Kok sendiri", gw gk curiga apa2 tuh, paling cewenya Wahyu lagi ke kamar mandi. Gw berjalan menuju ranjang, gw duduk di bibir ranjang. Gw bilang "Yank, ada apa manggil2?", tapi gk ada jawaban. Trus gw diem dan mainin hp. Sekitar 1 menitan, gw angkat selimut dikakinya, gw pegang kaki cewek gw. Gw kaget, kok kakinya kaya kaki orang mati gk ada aliran darahnya. Trus gw kayak ngerasa megang rambut yang tebal diantara kakinya, diiringi suara cekikikan... Gw arahin sinar hp ke arah palanya, lalu apa yang terjadi...

Itu bukan cewek gw. Itu Perempuan mukanya ketutup rambut tebal yang acak-acakkan dan tidak lain itu adalah KUNTILANAK. Gw lari keluar kamar sambil kedengeran suara ketawa yang keras. Gw turun kalian udah ada disini.
Setelah mendengar cerita Defri kami semua bergidik merinding mendengarnya. Kamipun tetap berada di teras villa sambil membaca doa2 dan gangguan itu hilang. Kamipun tertidur di teras, dingin sekali walaupun sudah memakai jaket.

Keesokkan harinya kamipun berkemas meninggalkan villa itu dan bertanya ke pemilik villa apa yang sebenarnya terjadi didalam villa itu. Kata pemilik villa "Dulu bangunan itu bekas rumah orang belanda yang sudah puluhan tahun terbengkalai, meskipun begitu bangunannya tetap terlihat kokoh dan indah lalu saya beli dan merenovasi bangunannya, dan jadilah villa yang di sewakan. Mungkin penunggu itu tidak senang kepada pemuda yang suka berbuat kurang sopan disini. Biasanya tidak ada gangguan".

Itulah keterangan dari pemilik vila. Memang diantara teman saya ada yang berpacaran dan suka mojok berduaan ditempat yang sepi, dan aku tidak tahu apa yang mereka lakukan. Demikianlah pengalaman kami menginap di villa angker itu. Terimakasih meluangkan waktunya untuk membaca
Pesan saya : jangan pacaran sembarangan tempat, nanti berakibat seperti teman saya.

0 Response to "Penunggu Villa"

Posting Komentar